Jumat, 13 Februari 2015

Arti Secangkir Kopi di Akhir Pekan

Pagi ini serasa tenang dan damai, terhindar dari kesibukan yang rusuh. Rutinitas biasa, mulai menjauh dikalah akhir pekan hari sabtu. Kalau pagi begini  ngecuci baju, pakaian seminggu yang terlihat kotor sudah bersih dari kuman.

Kali ini, beda dengan akhir pekan biasanya. Pagi-pagi bener gue sudah ngerendam diri di kamar mandi, Berrrr. Dinginnya gag ketolongan, terlihat sedikit ganteng karena sisiran surih,  rambut pepak hasil pangkasan kemaren malem. Habis mau gimana lagi, temen gue sering perhatian ke gue, ujung-ujungnya rambut gue yang kena kritik, padahal rambut udah pendek kali. Lain halnya dengan nyokap gue, sama ngehina masalah model rambut gue, berbeda tipis dengan temen gue cara negurnya, sampai-sampai masalah hari penentuan pangkas rambut saja dipermasalahkan. Gimana kalau tidak ribet.
"rahmat kalau cukur rambut itu hari yang baik. Hari senin sama selasa, lebih baik hari rabu biar wibawa itu auranya, lebih baik lagi ketika hari kamis biar diberi kelancaran rejeki", ujar nyokap gue, ketika gue mau pamit pergi untuk ke salon.
Kalau difikir ulang, memang primbon jawa nyokap gue agaknya bisa dipercaya. Tapi gue tetep maksa pergi sama pacar gue, hitam lesuh agak jadul, bersuara brisik. Trong... troongg. Ferarri. Ini motor gue yang setia. Sambil meredap topi ke kepala gue, ditambah jaket stylist gue. Kalau dilihat kaya preman pasar bungurasih terminal surabaya. Makian ini sering dilontarkan temen deket gue namanya Charis, dia agak unik dan langkah, dari jaman penjajahan hingga sekarang gak mau makan daging, jikalau mau pesan makanan pasti yang dipesan bukan menu yang tersedia melainkan diluar menu, alias menu dia sendiri. Soto telur kerupuk. Hmmm, gimana rasanya. Gak bisa ngebayangin gue, tapi gue tidak heran kurang lebih hampir empat tahun gue bersahabat. Anehnya dari dulu hingga sekarang masih tetep aja kaya begono.
Tarik jabrik, ucapan hati gue kepada motor ferrari. Tariiiik mang, selesai pangkas rambutnya, Udah gitu aja.

Seseringkali gue nikmatin rasa kopi, menampilkan rasa melayang terbang ke udara seperti burung yang baru bisa terbang. Seseduhan cangkir kopi memberikan arti tersendiri bagi kehidupan pagi, sembari membaca novel, cerita komedi aksi raditya dika. Terkisah akhir pekan kali ini, sedikit memberikan inspirasi dikalah kisah asmara yang membarah, hanya staitement ini yang dapat gue ambil hikmah ;
"Apapun jenis kopi yang dihidangkan dalam gelas tak pernah ada seeokor semut pun, yang mau menghinggapinya. Sama kaya cerita asmara gue, apapun penampilan gaya gue tak ada seorang gadispun yang mau mendatangiku". Tapi dibalik itu ada pelajaran bagi gue, meskipun tampak keruh sebuah kopi, memberikan kenikmatan tersendiri bagi sang kopier. Ini sama halnya gue yang bisa nikmati indahnya gaya hidup gue bagi gue sendiri.

Harapan pribadi gue, menjadi pribadi yang siap terbentur oleh besarnya ombak dikalah sebuah kapal begerak lurus menuju sebuah impian dan cita-cita masa depan. (Salam Gombel)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Survei Terbaru : Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah

Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat li...