Selasa, 24 Oktober 2017

Catatan Einstein Soal Teori Hidup Bahagia Dilelang

Dua catatan kecil ilmuwan Albert Einstein soal teori hidup dan kebahagiaan kabarnya akan dilelang.

Catatan tersebut ditulis 95 tahun lalu, saat Einstein melakukan perjalanan ke Tokyo, Jepang, untuk menyampaikan serangkaian kuliah umum.

Saat itu, Einstein baru saja diberitahu bahwa dirinya memenangkan Penghargaan Nobel dan kabar tersebut membuat kepopulerannya segera melejit.

Seorang kurir datang ke kamar tempat Einstein menginap di Imperial Hotel Tokyo untuk menyampaikan sebuah kiriman surat untuknya.

Diduga Einstein tidak punya uang kecil untuk memberikan tip kepada sang kurir, atau memang sang kurir menolak untuk menerima tip.

Namun, sebagai gantinya, Einstein memberikan dua catatan kecil menggunakan lembaran kertas catatan yang disediakan di kamar hotel.

"Hidup tenang dan sederhana dapat memberikan kebahagiaan yang lebih besar, ketimbang sibuk mengejar kesuksesan dan merasa tidak tenteram," tulis Einstein pada satu dari dua lembaran catatan tersebut.

"Jika ada kemauan, di situ pasti ada jalan," tulis Einstein pada lembaran yang lain.

Dua catatan tersebut kemudian dibubuhkan tanda tangan dan tanggal penulisan oleh Einstein.

"Mungkin jika Anda beruntung, dua catatan ini akan lebih berharga daripada sekadar uang tip," kata Einstein pada kurir tersebut, seperti yang dikatakan oleh pemilik catatan itu.

Si pemilik adalah seorang warga asal Hamburg, Jerman, yang menolak disebutkan namanya, dan memutuskan untuk melelang barang koleksinya itu.

Dua catatan tersebut akan dilelang Rabu (25/10/2017) di rumah lelang Winner's di Yerusalem, bersama barang-barang memorabilia Einstein yang lain. 

Senin, 23 Oktober 2017

Perempuan Tangguh itu,...

Di mata saya, perempuan tangguh itu bukan perempuan yang memiliki tubuh besar, bahu bidang atau tenaga ekstra kuat layaknya laki-laki. Tapi perempuan tangguh adalah mereka yang tetap tegar menjalani kerasnya kehidupan dengan segala pasang surutnya.

Perempuan tangguh adalah mereka yang teguh melaksanakan syari’at-Nya, di tengah keterasingan. Tidak mudah terbawa arus, istiqamah menegakkan sunnah walaupun berat layaknya menggenggam bara api.

Perempuan tangguh adalah mereka yang menghiasi hidup dengan kesabaran, sebagai buah dari keimanan. Seperti sabarnya Ummu Sulaim radliyallaahu ‘anha tatkala buah hati tercintanya dipanggil oleh Pemiliknya. Ketika suaminya pulang dan bertanya tentang keadaan anaknya yang sedang sakit, ia menjawab,

“Dia sekarang jauh lebih tenang daripada sebelumnya”.

Kemudian ia tetap menyambut suaminya dengan biasa, berhias untuknya dan melayaninya dengan sebaik-baiknya. Setelah segala keperluan sang suami selesai, baru Ia mengabarkan kematian putranya tersebut kepada suaminya, dengan penuh ketenangan…

“Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu pada keluarga si fulan; mereka meminjam sesuatu dan memanfaatkannya, kemudian ketika barang itu diminta mereka menolak mengembalikannya?” Suaminya menjawab, “Mereka tidak berlaku adil. Barang itu harus dikembalikan kepada pemiliknya.” Ummu Sulaim melanjutkan, “Putramu adalah barang pinjaman dari Allah dan Dia telah mengambilnya kembali..”
Subhanallaah..

Perempuan tangguh itu..

Seperti tegarnya shahabiyah al-Khansa radliyallaahu ‘anha menyambut berita syahid empat orang putra tercintanya di medan pertempuran dengan penuh keridhaan..

“Segala puji bagi Allah yang memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap kepada-Nya agar mengumpulkanku bersama mereka dalam naungan rahmat-Nya” …
Perempuan tangguh itu ..

Mereka yang mampu mengkondisikan dirinya dalam berbagai keadaan. Cepat beradaptasi dengan kesulitan. Tidak mudah mengeluh dan menerima takdir Allah sebagai likuan hidup yang di dalamnya pasti terkandung kebaikan.

Perempuan tangguh itu..

Selalu bertawakkal kepada Allah atas segala sesuatu yang mungkin menimpanya. Seperti agungnya tawakkal Hajar Ummu Ismail ketika ditinggalkan oleh suaminya,  Nabi Ibrahim Alaihissalam di padang yang tandus nan gersang. Ketika sang suami hendak melangkah meninggalkannya, Hajar bertanya:

“Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk mengasingkan kami disini?”. Nabi Ibrahim menjawab, “Benar, ini adalah perintah Allah..” Kemudian Hajar berkata, “Kalau begitu maka sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan kami..”
Perempuan tangguh itu..

Memiliki azzam yang kuat untuk menuntut ilmu dan menuntut dirinya sendiri agar pandai. Karena ia adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ia lebih memilih membaca buku daripada ‘ngerumpi’ di rumah tetangga. Ia lebih merelakan waktu luangnya untuk belajar tahsin dan bahasa Arab daripada rutin mengikuti sinetron di televisi atau menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tak bermanfaat di dunia maya.

Ia rela mengorbankan waktu, harta dan tenaga, menempuh perjalanan jauh untuk menghadiri majelis-majelis ilmu. Walaupun mesti repot naik turun angkot,  membawa perlengkapan si kecil dengan segala printilan-nya, tak sempat mencatat isi kajian dengan rapi.. Bahkan baginya (juga bagi saya).. menyimak kajian dengan tenang adalah sesuatu yang sangat langka sekaligus sangat berharga 🙂

Bagi saya, perempuan tangguh itu..

Tidak mudah silau dengan dunia dan pesonanya. Ia menerima pemberian suaminya dengan hati lapang dan qana’ah.  Selalu ada untuknya dalam keadaan apapun. Baginya tak ada prinsip batil semacam, “Ada uang Abang disayang, tak ada uang Abang ditendang..”.

Karena cintanya tulus, bukan cinta atas dasar materi. Ia setia mendampingi suaminya, menenangkan hati sang suami ketika sedang gundah, menguatkannya ketika sedang lemah..

Seperti setianya Ummul Mukminin Khadijah radliyallaahu ‘anha mendampingi Rasulullaah Shalallaahu’alaihi wa Sallam dalam mengemban dakwah Islam yang penuh perjuangan selama periode Mekkah. Pantaslah jika Rasululllah mengenangnya, membelanya dan tetap mencintainya bahkan ketika ia telah lama meninggal dunia.. Khadijah, adalah wanita teristimewa di hati Rasulullah..

Perempuan tangguh itu.. bukan mereka yang selalu merasa kurang dengan apa yang diberikan suami.. Bahkan menuntut suami untuk memenuhi SEGALA kebutuhan hidupnya. Baik yang butuh atau sekadar ingin. Ia mampu mengekang hawa nafsunya dari hal-hal yang tidak perlu.

Seandainya memang kondisi keluarganya dalam keadaan benar-benar kekurangan.. Sebelum menuntut suami untuk mencari tambahan penghasilan, ia justru berpikir bagaimana cara meringankan bebannya mencari nafkah, tanpa keluar dari koridor syari’at. Atau berpikir lebih keras lagi untuk merancang ulang pengeluaran sehingga akhirnya cukup.

Perempuan tangguh itu..   mereka yang berjuang sekuat tenaga memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak-anaknya kala sang suami tiada lagi di sisi. Mereka begitu malu untuk menadahkan tangan, meminta-minta. Baginya, jauh lebih baik memeras keringat dan bersusah payah daripada harus menjadi beban orang lain. Tak apa ia menjadi pembantu rumah tangga sekalipun, asalkan halal dan tak melanggar syari’at.

Perempuan tangguh itu.. berbahagia dengan kodratnya sebagai Ibu dan Istri.  Ia bahagia tinggal di rumahnya, mengurus anak-anak, mendidik mereka, merapikan rumah yang tak pernah rapi-rapi, mengerjakan tugas rumah tangga yang seakan tak pernah ada habisnya. Berusaha mengatur waktu agar semua pekerjaan tuntas.. agar makanan siap terhidang tepat pada saatnya. Walau itu artinya harus bekerja 24 jam non stop . Dengan ikhlas, dan.. tanpa mengeluh 🙂

Seperti zuhudnya putri Rasulullaah Fathimah  radliyallaahu ‘anha yang dengan ridha menerima nasehat ayahandanya, ketika ia meminta seorang tawanan perang untuk dijadikannya sebagai pembantu rumah tangga. Rasulullaah dengan lemah lembut menasehati kedua orang yang amat dicintainya, putrinya dan menantunya, Ali bin Abi Thalib,  bahwa ada sesuatu yang jauh lebih baik dari apa yang mereka minta…

“Maukah aku beritahukan kepada kalian berdua sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta? Beberapa kata yang diajarkan Jibril padaku, kalian berdua bertasbih setiap selesai shalat 10 kali, bertahmid 10 kali dan bertakbir 10 kali. Dan, apabila kalian berdua berangkat tidur, kalian berdua bertasbih 33 kali, bertahmid 33 kali dan bertakbir 33 kali.”
Perempuan tangguh itu.. mereka yang ketika kehidupan terasa begitu sempit, jiwa begitu terasa rapuh.. Tidak mencari siapapun selain-Nya. Fafirru ilallaah.. Ia akan berlari kepada Allah. Pada-Nya ia mengadukan segala kesusahan dan kesedihannya. Dengan bersenjatakan do’a dan keyakinan bahwa jika Allah yang memberi kesulitan, maka hanya Dia saja satu-satunya yang akan memberi kelapangan..

Ya, di mata saya.. perempuan tangguh itu perempuan yang hebat. Dengan sifat dan tabiat wanita yang selalu ingin dimanja dan dimengerti, mereka mampu berdiri di atas kaki sendiri saat kesedihan terasa menyesakkan dada. Menghapus air mata dengan tangan sendiri. Untuk kembali menata hidup dan tersenyum lagi. Bukan karena mereka tidak punya hati, tapi mereka melihat hidup dari kacamata yang berbeda dengan para wanita kebanyakan.

Ujian yang datang justru membuat mereka semakin kuat. Menempa mereka menjadi pribadi tangguh dan tahan banting. Lagipula, apa namanya dunia tanpa cobaan.. apa namanya hidup tanpa ujian? Dan bukankah Allah tidak akan memberikan ujian di luar kesanggupan?

“Tidaklah Allah ‘Azza wa Jalla menganugerahkan suatu nikmat kepada seorang hamba, lalu Dia mencabutnya dan sang hamba pun bersabar atasnya, kecuali Allah ‘Azza wa Jalla akan menggantikannya dengan yang lebih baik.” (Umar bin Abdul ‘Aziz)
Perempuan tangguh.. perempuan hebat..  perempuan luar biasa..

Sungguh aku ingin mampu menjadi sepertimu.

~ Terinspirasi dari sebuah buku berjudul Bidadari 2 Negeri, Wanita-Wanita Luar Biasa Pelukis Sejarah Umat Manusia, Bidadari Dunia dan Surga..
Sumber : https://www.google.co.id/amp/s/aisyafra.wordpress.com/2013/02/20/perempuan-tangguh-itu/amp/

Survei Terbaru : Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah

Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat li...