Senin, 12 Juni 2017

Mengendalikan Emosi, Berkaca dari Kisah Baridin dan Arya Penangsang

Orang kuat, kata Nabi SAW, bukanlah yang dapat mengalahkan musuhnya, namun yang dapat mengendalikan emosinya saat marah. Perang melawan diri sendiri adalah perang melawan emosi di dalam dirinya. Emosi adalah energi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang muncul dari dalam dirinya sendiri.

Hadits di atas mengajarkan bahwa mengendalikan emosi sendiri lebih hebat daripada menundukkan orang lain. 

Rasulullah mencontohkan bagaimana ia dapat mengendalikan emosinya. Saat mengajak ke jalan kebenaran, Ia dilempari batu. Wajahnya berlumuran darah dan mengalir sampai kakinya. Rasulullah menahan marahnya. Ia malah mendoakan kebaikan buat mereka yang melempari dan melukainya dengan batu. "Ya Allah, berikan petunjuk pada kaumku, karena mereka belum mengetahui." Betapa tulus dan agung doanya. Doa yang lahir dari jiwa dan hati yang bersih. Subhanallah.

Kekuatan dzikir di samping karunia Allah, di dalamnya juga ada pengendalian emosi. Orang membaca basmalah sehari 7000 selama 7 hari. Lalu terasa ringan, maka dinaikkannya menjadi 12.000 sehari. Sampai terasa bisa ditingkatkan. Lalu sehari 21.000 kali. Sampai emosinya nyaman dan  mengatakan bisa lebih dari itu, dan seterusnya.

Saat memperbanyak dzikir, salah satu ujiannya adalah emosi. Bosan, capek, banyak yang menyukai, ada yang bikin kesal, dan lain lain.

Ratminah, gadis cantik yang orang tuanya kaya raya saat dilamar oleh Ibunya Baridin yang miskin, emosinya meledak. Ia memarahi, memaki, bahkan mengusir Ibu Baridin. Ia tidak kuat menahan gemuruh emosi marahnya. 

Baridin sakit hati. Kalau ditolak, kenapa tidak dengan cara yang baik-baik? Ia pergi meninggalkan rumahnya. Ia menyendiri, tidak makan dan tidak minum. Lisannya membaca mantera kemat jaran guyang. Setelah dibaca berhari-hari dengan hati yang luka berlumuran darah dan dipenuhi dendam, energi manteranya mengkristal, lalu seperti anak panah gaib melesat terbang menembus hati dan jiwa Ratminah.

Ratminah gelisah. Hati dan pikirannya dipenuhi wajah Baridin. Kemanapun wajah memandang, yang ada wajah Baridin yang dulu dibencinya. Rindu Ratminah meluap dan cintanya tumbuh dengan cepat tak tertahankan. Benteng pikirannya tidak bisa membendung gejolak rindu dan cintanya. Ia pergi meninggalkan orang tua dan kekayaannya. Ia pergi ke sana kemari. Satu yang dicarinya dan satu yang disebut-sebut lisannya, yaitu Baridin. Ia seperti orang gila. Anak-anak di jalanan mempermainkan dan memanggilnya gila. Rambut dan tubuhnya tidak terurus. Matanya sering menitikkan air mata. Lisannya terus menyebut lirih nama Baridin. Lisannya jadi liar, sering tertawa sendiri. Tubuhnya dibawa oleh jiwanya yang dipenuhi luapan cinta mencari yang dicintainya. 

Saat dalam satu momen Ratminah bertemu Baridin. Ia terkejut. Ia merengek manja memohon agar Baridin mau pulang dan hidup bersama dengannya. Baridin menolak. Sakit hatinya begitu dalam. Ia tirakat tidak makan dan tidak minum hanya punya satu tujuan, yaitu membalaskan sakit hatinya, bukan mencari kebahagiaan dan bukan ingin berbagi kebahagiaan. 

Jiwa Ratminah goncang. Harapannya lenyap. Jiwanya bergetar keras lalu keluar dari tubuhnya. Tubuhnya beku tak bisa bergerak. Ia meninggal di hadapan Baridin, orang yang selalu ada dalam bayangannya dan mengganggu jiwanya.

Baridin terkejut. Tubuhnya yang lemah, dehidrasi. Ia pun menyusul Ratminah ke alam barzakh. Baridin gagal mengendalikan emosi marah dan dendamnya yang membara.

Orang hebat bukan orang yang marahnya mustajab, tapi yang marahnya dapat dikendalikan. Saat marah dan hati mendidih akan meluapkan kutukan, segeralah tolak bala, bersedekah dan berdzikir agar emosi marah tersebut tidak menjadi bencana bagi diri maupun orang lain.

Arya Penangsang gagal menjadi raja, karena tidak kuat tirakat menahan emosi marah selama 40 hari, sebagaimana pesan gurunya, Sunan Kudus.

Kita ini tidak punya apa-apa dan tidak punya siapa-siapa. Kendalikan emosi marah. Jangan sampai kutukannya mewujud. Boleh jadi itu istidraj. Dan jangan memancing kemarahan orang lain dengan merendahkan dan menyakitinya. Bukankah doa orang yang disakiti itu mustajab?

Kalaupun mereka tidak marah dan mengutuk. Tetap saja kedzaliman kita adalah kegelapan, membuat hidup jadi sial, susah dan menderita. Innadzdzulma dzulumatun. Sesungguhnya kedzaliman itu adalah kegelapan. Cahaya ilmu, kebaikan, dzikir, dll jangan sampai padam diterpa angin kedzaliman yang kita lakukan. 

Ya Allah, ampuni hamba, sayangi hamba, beri hamba rezki, tambal kekurangan hamba, angkat derajat hamba, beri hamba petunjuk, sehatkan, dan maafkan kelalaian hamba. Demikian salah satu terjemahan doa duduk di antara dua sujud. 

Oleh : Rojaya *
*(Penulis adalah Ketua Prodi Ilmu Tasawuf Fakultas Dakwah IAILM Pondok Pesantren Suryalaya)
Sumber : http://www.nu.or.id/post/read/78784/mengendalikan-emosi-berkaca-dari-kisah-baridin-dan-arya-penangsang

Senin, 05 Juni 2017

Ansor Dirikan Posko Antipersekusi Hingga Ranting Anak Cabang

SIDOARJO. Menjaga keamanan dan kenyamamanan bulan puasa dan pelaksanaan Idul Fitri tahun ini, serta untuk meminimalisir terjadinya tindakan persekusi, pihak PC GP Ansor Kabupaten Sidoarjo mendirikan  posko antipersekusi mulai ditingkat ranting hingga kecamatan se Kabupaten Sidoarjo.

Pendirian posko tersebut dimulai lebih awal dengan pertimbangan situasi yang dinilai kurang stabil yang terjadi saat ini. “Pendiriannya memang lebih awal dengan pertimbangan situasi kurang stabil,” kata Ketua Cabang (PC) GP Ansor Sidoarjo, Riza Ali Al Faizin, saat dikonfirmasi, Ahad (04/06/2017).

Biasanya, jelas Riza posko didirikan dan dibuka menjelang lebaran saja. Namun kali ini diawal bulan puasa dibuka dengan melibatkan  melibatkan forkompimka setempat. Tujuannya  untuk supporting sistem  keamanan di bulan ramadan (puasa) dan menjaga ketenangan dan kondusifitas kabupaten Sidoarjo selama dibulan ramadan tersebut.

“Juga untuk mengantisipasi maraknya aksi persekusi terhadap masyarakat,”tuturnya.

Selain sifatnya suport sistem aparatur keamanan, posko juga sebagai syiar NU dan banom (badan otonom) jika ada buka bersama dan pembagian Ta’jil serta santunan tadarrusan .
“Ansor, selalu koordinasi  dengang aparat keamanan setempat jika ada sesuatu yang mengganggu masyarakat. Untuk piket lapangan diserahkan masing-masing PACAnsor,” jlentrehnya.

Berikut data, posko  PAC  Ansor  di Kabupaten  Sidoarjo. Porong di kantor kecamatan porong. Wonoayu di perempatan pilang, Candi di depan kantor MWC NU, raya Candi no 16.Krian di  MWCNU Krian
Sidoarjo Kota, di pertigaan embong malang.Tanggulangin, di Kludan, barat Perum Prmata.

Buduran di MWC NU Buduran jl. Raya wadung Asih. Sedati di kantor MWC NU Sedati, Jl. Raya Buncitan – Sedati dan di perempatan T1 Bandara Juanda. Balongbendo  di depan yayasan R  Rahmat Tulangan di BPPMNU Tulangan, jl. Raya Kepadangan 36 Tulangan. Sukodono, atas Tol Jumputrejo lalu di pertigaan MI Cangkringsari dan di depan Sam Donat, Kloposepuluh.

Juga di Timur Balai desa plumbungan.Taman,di  Kantor MWC NU Taman Jl. Raya wonocolo. Gedangan, di depan masjid Al hikmah Desa Tebel. Krembung di  depan masjid An-nur Desa Jenggot , Raya Jenggot No. 2A, depan masjid Jenggot. Waru, di kantor Kec. Waru Jl. Brigjen Katamso No.1, Janti – Waru. Tarik, Jl. Raya Tarik – Bakalan Ds. Balong Gabus – Tarik. Jabon,  di kantor MWC NU jabon,  DukuhSari Jabon. Prambon di depan kantor MWC Prambon.

Sumber : duta.co/04/Juni/2017

Jumat, 02 Juni 2017

Mahasiswa UNNES teliti pemikiran Habib Luthfi

Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik dan Kewargenagaraan Universitas Negeri Semarang (UNNES) Ines Fiera Wijayanti meneliti pemikiran Habib Luthfi Bin Yahya mengenai nasionalisme, baru-baru ini.

Berdasarkan penelitian itu, Ines mengungkapkan bahwa nasionalisme Habib Luthfi Bin Yahya sangat berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan. Selain itu, nasionalisme yang dikampanyekan Habib Luthfi memiliki dasar argumentasi yang sangat kuat dalam agama Islam. Karena itulah, Habib Luthfi bin Yahya sangat getol mempromosikan nasional kepada masyarakat.

Dari penelitian itu terungkap bahwa menurut Habib Luthfi nasionalisme merupakan hak warga negara  dan merupakan sesuatu yang sah karena merasa memiliki tanah air yang diberi oleh Yang Maha Kuasa untuk setiap bangsa.

Nasionalisme yang cinta tanah air, diartikan dengan hubbul wathon minal iman (cinta kepada negara adalah sebagian dari iman) menjadikan para jama’ah bersatu padu mewujudkan cinta tanah air sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Sebegai peneliti, Ines  berhasil menggali  pemikiran nasionalisme Habib Luthfi bin Yahya dalam kaitannya dengan sejumlah bidang, yaitu ekonomi, budaya,politik, agama, dan pendidikan.

Dalam bidang ekonomi pemikiran Habib Luthfi bin Yahya adalah menggali sumber daya di daerah masing-masing untuk menjadi komoditas sehingga dapat mengangkat ekonomi daerah. Wujud dari pemikiran Habib Luthfi dalam bidang ekonomi adalah menggagas berdirinya IBC (International Batik Center) di Kota Pekalongan.

Dalam bidang budaya pemikiran Habib Luthfi bin Yahya memadukan antara karakter yang berbasis budaya dengan karakter yang berbasis nasionalisme. Beliau mengemasnya dalam bentuk seni serta syair-syair yang penuh dengan nasihat sehingga masyarakat dengan mudah menerimanya.

Dalam bidang politik Habib Luthfi bin Yahya menjalin silaturahmi dengan berbagai kalangan, silaturahmi dengan Ulama, Pemerintahmaupun TNI-POLRI. Wujud dari pemikiran Habib Luthfi dalam bidang politik adalah diadakannya acara-acara yang semua kalangan ikut berpartisipasi dan bahkan menjadi panitia dalam acara tersebut.

Dalam bidang agama,
Lengkapnya
Sumber http://unnes.ac.id

Survei Terbaru : Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah

Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat li...