Rabu, 23 Mei 2018

Siswa sekarang

Disela-sela mengajar, saya teringat perkataan teman-teman  guru, terutama teman-teman guru yang sudah sepuh, ya . . mungkin usia 50 tahun keatas, ketika berbincang-bincang santai setelah mengajar sambil menunggu pelajaran berikutnya. diantaranya beliau-beliau membandingkan perilaku murid-muridnya dulu dan sekarang.

Pengertian siswa dulu saya perjelas lagi mungkin di era 90 ke bawah dan siswa sekarang mulai akhir 90 an sampai sekarang. siswa yang dibahas adalah mulai siswa SD sampai SMA.

SISWA DULU, Lebih patuh dan hormat kepada guru, bahkan ketika berjalan dan berbicara senantiasa menjaga kesopanannya.
Ketika diberitahu atau dinasehati mendengarkannya dengan seksama.
Lebih perhatian kepada guru, jika ada guru yang sakit, langsung berduyun-duyun ke rumah, walau jaraknya jauh, terkadang sampai urunan atau iuran untuk membeli oleh-oleh. Ketika diperintah guru langsung mendengarkan dan bahkan malu kalau ke sekolah sebelum mengerjakan tugas tersebut. Siswa dulu menganggap guru adalah orang tua sehingga sangat menghormatinya, meskipun guru itu kadang keras dan mengganggap hukuman adalah pelajaran dan konsekuensi dari sebuah kesalahan.

SISWA SEKARANG, kurang menghormati guru bahkan cenderung berani ketika diberitahu atau dinasehati tidak langsung mendengar bahkan kadang membantah. Kurang perhatian kepada guru, bahkan lebih senang kalau gurunya tidak hadir.

Ketika diperintahkan guru untuk mengerjakan tugas, menggerutu, kalau pun siswa SD ia meminta tolong kepada orang tua atau guru kelasnya. Tidak malu kalau belum mengerjakan tugas. Kalau dihukum atau diberitahu malah menantang, bahkan tidak jarang jika dihukum malah senang. Menganggap guru sebagai teman, bukan orang tua bahkan tak jarang ada yang panggil bukan sebagai pak guru misalnya dibeberapa sekolah SMA memanggil dengan gurauan.

Karena arus informasi dan teknologi, sehingga mempengaruhi pemikiran para siswa Karena keikhlasan gurupun mulai luntur, guru sekarang seperti jualan ada uang ada barang, coba kita perhatikan guru dulu diberi berapapun ia tetap ikhlas. hal ini mempengaruhi martabat dan kehormatan seorang guru.Guru lebih takut pada orang tua, terutama pada sekolah-sekolah yang berbiaya mahal, karena disana murid adalah nasabah, sebagaimana nasabah dalam Bank, yang harus dihormati dan dilayani. Kurangnya sifat keteladanan pada guru, murid dilarang merokok, guru merokok, murid dilarang mencontek, guru malah memberitahu dll. Guru takut pada hukum dan peraturan secara berlebihan, sehingga cenderung membiarkan saja ketika siswanya kurang benar. bahkan kadang guru merasa bingung untuk berbuat ketika salah satu siswanya berulangkali melanggar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Survei Terbaru : Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah

Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat li...