Jumat, 01 Januari 2016

Di antara Ijazah dan Lowongan Kerja

Zaman yang makin maju, tidak dengan manusianya. Banyak sekali orang-orang yang bersekolah tinggi, tapi hanya bisa menjadi pekerja kasar. Tak hanya itu, ijazah yang dibanggakan pun hanya menjadi pajangan di dalam lemari.

Tak disentuh, karena sangat sulit mencari lowongan pekerjaan di Indonesia. Sekolah gratis seolah hanya mainan orang berduit. Ya, tak usah sekolah jika membeli ijazah pun bisa. Bahkan banyak sekali berseliweran orang-orang tanpa dosa yang memperjualbelikan ijazah palsu, tapi asli. Mana ada palsu tapi asli? Palsu ya tetap palsu. Hanya terlihat asli oleh orang-orang yang tak tahu itu palsu. Atau ijazah palsu, namun asli? Apa ada yang salah dengan sistem di negara ini? Pengangguran semakin banyak karena perusahaan hanya mau menerima para sarjana, bukan lulusan SMA.

Aku bukannya gak mau kerja, Mbak. Tapi memang tak ada lowongan kerja buatku.

Alasan yang klasik. Padahal jika mau, banyak sekali lapangan pekerjaan di sekitar kita. Allah itu tidak tidur dan pasti membagi rezeki tiap makhluknya jika memang mau berusaha. Tak ada lowongan kerja bukan berarti harus ke sana-ke sini dengan teman-teman. Kenapa tidak memanfaatkan motor dengan menjadi tukang ojek?

Yang dibutuhkan di negara ini sebenarnya bukan ijazah. Buat apa ijazah, jika akhirnya hanya menjadi karyawan di perusahaan milik orang asing? Tetap saja menjadikan kaya orang lain, sedangkan di negara sendiri, kemiskinan makin merajalela. Apalagi banyak sekali oknum yang 'pinjam' ijazah orang lain agar diterima kerja. Ya, meskipun kerjaannya pun hanya menjaga toko dan sales. Tetap, ijazahlah yang menentukan diterima atau tidak.

Lantas harus apa?

Buka lapangan kerja. Kita lihat orang-orang yang tidak terlalu banyak berpikir, tapi langsung bekerja. Mereka tak punya alasan untuk menghambat kreativitas. Okelah, malu jika menjadi tukang ojek karena nanti banyak yang melihat. Kenapa tidak membuka laundry? Modalnya cukup mesin cuci, sabun, pewangi, dan setrika. Pasang papan di depan rumah.

Sudah banyak laundry di sini.

Jualan pulsa. Memang kelihatannya sepele, tapi jika mau menekuni, keuntungan pun akan berlipat. Modalnya pun cukup 50-100 ribu. Bisa dimulai dengan anggota keluarga, saudara, dan tetangga. Apalagi sekarang ada Token Listrik yang juga bisa dilayani oleh provider pulsa. Kamu pun hanya bermodal hape. 

Pulsa gak menjanjikan.

Ya, memang terlalu banyak alasan di kehidupan ini yang menghambat otak untuk berpikir. Karena terlalu banyaknya alasan, sampai tidak menyadari bahwa dirinya telah tertinggal dari orang lain yang ijazah saja tak punya. Padahal kebun, tanah, apa pun yang ada di sekitar adalah sumber yang bisa dijadikan penghasilan. Bahkan dari sampah sekalipun.

Mungkin the power of kepepet nantinya yang akan membuat otak berubah. Atau tidak sama sekali. (viva.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Survei Terbaru : Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah

Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat li...